Keamanan Bali Berstandar Internasional : Sekedar Pemanis Bibir, Label Atau Impian?
Keamanan
Bali Berstandar Internasional :
Sekedar
Pemanis Bibir, Label Atau Impian?
Keamanan berstandar
internasional seakan-akan menjadi jualan bagi Bali dalam mendukung pengembangan
pariwisata. Memang selama ini keamanan selalu menjadi salah satu barometer
utama bagi wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Keamanan berstandar
internasional juga selalu di gembar-gemborkan oleh para pejabat di Bali. Entah
karena latah atau sebuah promosi semata. Pemasangan 1.000 CCTV juga seakan-akan
menjadi angka keramat menuju target keamanan yang berlabel berstandar
internasional. Padahal belum ada penelitian atau survey yang pasti mengenai
jumlah CCTV yang dibutuhkan Bali dalam mendukung keamanan yang katanya
berstandar internasional. Kondisinya menjadi semakin miris jika melihat
implementasi keamanan berstandar internasional yang hingga kini belum jelas
pedomannya. Selain belum memiliki pedoman, implementasi keamanan berstandar
internasional hingga kini juga belum ada langkah nyata dalam merealisasikan
target tersebut. Kondisi ini menimbulkan sebuah pertanyaan besar, apakah
keamanan berstandar internasional tersebut hanya sebuah label atau impian
semata?
Jika menyimak data
kasus kriminal yang dicatat Polda Bali selama triwulan pertama tahun ini cukup
mencengangkan. Jumlah
kasus kriminal tersebut sebanyak 1.238 kasus. Namun dari jumlah tersebut baru 65
persen atau sebanyak 1.046 kasus yang tertangani. Dimana kasus kriminal yang
terjadi diantaranya kejahatan pencurian, perampokan judi togel, dan narkoba. Dengan
penanganan kasus sebesar 65 persen seperti ini apakah sudah dapat dikatakan
bagian dari keamanan berstandar internasional? Belum lagi jika dicermati dari
segi kecepatan penanganan kasus. Tentunya perlu skema yang jelas dalam
menangani kasus-kasus kriminal. Apalagi kasus-kasus kriminal yang terjadi kini
tidak saja melibatkan warga lokal, tetapi juga warga luar Bali dan warga negara
asing. Dalam perkembanganya tidak jarang para pelaku kriminal merupakan bagian
dari jaringan antar daerah. Walaupun ini merupakan tantangan eksternal tetap
saja harus mendapat prioritas, sebab sasaran para pelaku kriminal juga tidak
jarang adalah wisatawan.
Tantangan keamanan Bali berikutnya adalah tantangan dari
luar, seperti salah satunya adalah peredaran narkotika yang melibatkan jaringan
internasional. Dalam kasus peredaran narkoba, Bali kini tidak semata-mata
menjadi daerah transit, tetapi Bali kini telah disebut-sebut sebagai bagian
dari segitiga “Bermuda” peredaran narkotika di kawasan Asia Tenggara. Sehingga
tidak jarang pelaku peredaran narkotika yang tertangkap merupakan bagian dari
jaringan narkotika internasional. Cukup ironis memang, ditengah aksi para
pelaku peredaran narkotika internasional, pola pengamanan dan deteksi dini di
yang diterapkan di Bali masih hanya berlabel standar internasional. Tentunya
Polda Bali sebagai pengendali keamanan harus membuat pola penanganan yang
jelas. Polda Bali juga harus lebih meningkatkan kualitas SDM agar tidak
dipermainkan oleh para bandar narkotika. selain itu juga perlu adanya penambahan
peralatan yang lebih canggih dalam pendeteksian peredaran narkotika. Jika
selama ini pendeteksian lebih mengedepankan penggunaan anjing pelacak dan
sinar-X, maka kedepan perlu tambahan peralatan yang lebih canggih berupa alat
pendeteksi dengan sinar gamma yang memiliki daya tembus dan identifikasi lebih
akurat.
Aksi terorisme menjadi tantangan pengamanan kedepan yang tak
kalah pentingnya. Mengingat sejak tragedi bom Bali 2002 hingga kini Bali masih
menjadi target utama para pelaku terror. Nama besar Bali sebagai daerah tujuan
wisata menjadi salah satu alasannya, karena para pelaku terror ingin aksinya
diketahui oleh dunia internasional termasuk penyandang dana aksi terror. Dalam
perkembangan aksi terror juga semakin canggih dan strateginya juga berubah-ubah,
sehingga semakin sulit dideteksi. Dengan berkembangnya metode dan teknologi
para pelaku aksi terror, maka metode dan teknologi pengamanan yang jauh lebih
canggih. Selama ini pengamanan dengan bantuan teknologi baru dilakukan di
Bandar Udara Ngurah Rai Bali, padahal Bali cukup banyak memiliki pintu masuk
yang tidak terjaga dengan baik, seperti pelabuhan Gilimanuk, Benoa dan Padang
Bay. Belum lagi pelabuhan-pelabuhan rakyat yang tersebar di sepanjang pesisir
Bali. Kini sudah saatnya pintu-pintu masuk Bali ini juga mendapatkan prioritas
pengamanan. Sudah saatnya juga pintu-pintu masuk ini dilengkapi dengan
alat-alat pengamanan dan pendeteksian yang canggih. Seperti salah satunya
sebuah alat deteksi dalam bentuk pintu yang dapat mengetahui isi barang atau
kendaraan yang melalui pintu deteksi tersebut.
Keamanan Bali memang cukup banyak mendapatkan tantangan dan
memang sudah selayaknya Bali memiliki keamanan berstandar internasional. Namun
pengamanan berstandar internasional seperti apa yang dibutuhkan Bali? Apakah
Bali akan meniru pengamanan model Inggris, Amerika atau pengamanan
negara-negara Eropa? Tentunya pengamanan model Inggris, Amerika atau pengamanan
internasional model Eropa belum tentu cocok diterapkan di Bali. Jika kembali
pada pengamanan yang dilakukan oleh masyarakat Bali selama ini, Bali sebetulnya
telah memiliki system pengamanan wilayah yang cukup unik dalam bentuk pecalang
(pengamanan desa adat/polisi adat). Jika dilihat sekilas, pecalang memang
merupakan metode pengamanan yang sangat tradisional, tetapi jika ditelaah
secara mendalam pengamanan metode pecalang ini adalah pengamanan kewilayahan
yang sangat terkoordinasi. Metode pengamanan seperti ini yang sebenarnya perlu
diadopsi oleh Polda Bali dalam mengamankan Bali. Tentunya metode ini kemudian
dipadukan dengan penerapan teknologi.
Penulis
: I Nengah Muliarta
Komentar
Posting Komentar